Ghost Diary (2016) 2.8

2.8
Trailer

Nonton Film Ghost Diary (2016) Streaming Movie Sub Indo

Nonton Film Ghost Diary 2016 – Sebelum menonton, saya masih punya harapan bagi Ghost Diary. Pernyataan itu bukan sindiran, bukan pula omong kosong normatif. Setidaknya kulit luar film ini tidak menebarkan aroma kebusukan. Judulnya tanpa embel-embel barisan kata absurd seperti “Perawan” atau “Ngompol”. Tata artistik poster versi pertama yang menampilkan Dhea Annisa juga lumayan meski versi akhir yang dipajang di bioskop terkesan medioker (dan secara misterius mengubah nama sutradara Dedy Mercy menjadi Aris Martin). Saya datang berbekal secercah optimisme, berharap filmnya tidak memaksa saya menganugerahkan bintang “jahanam” lagi. Optimisme itu nyatanya langsung sirna tatkala di menit pertama Ghost Diary sudah menghantam penonton lewat penampakan berisik tak menyeramkan.

Karakter utamanya adalah Marsha (Dhea Annisa), seorang remaja puteri yang kesehariannya tinggal di asrama. Marsha adalah gadis pendiam sekaligus penyendiri, dan hal itu membuatnya kerap menjadi korban bullying sekelompok siswi lain. Teror dimulai saat Marsha sering mengalami mimpi buruk, lalu berpuncak sewaktu ia menemukan buku harian milik wanita misterius bernama Yulia. Semenjak itu Marsha beserta penghuni asrama lain mulai diganggu oleh teror-teror hantu yang ternyata berkaitan dengan tragedi beberapa tahun silam. Alurnya klise itu memang benar. Tapi klise tak selalu berarti buruk. Paparan formulaic bisa berujung bagus apabila penggarapannya tepat. Masalahnya, kesan klise milik Ghost Diary lebih menyiratkan kemalasan pikir daripada usaha memaksimalkan basic.

Download Film Ghost Diary (2016) Streaming Movie Sub Indo

Nonton Film Ghost Diary 2016 – Jump scare beberapa menit sekali berhiaskan musik berisik perusak gendang telinga sampai penggunaan dream sequence berlebihan sebagai jalan keluar gampang demi mengeluarkan penampakan hantu sebanyak mungkin hanya segelintir contoh dari serangkaian keklisean selaku bentuk rendahnya kreatifitas film ini. Urusan menakut-nakuti pun, filmnya gagal total. Mengesampingkan penampakan yang mengedepankan kuantitas alih-alih kualitas, beberapa momen kala sosok hantu terbang melintas sesungguhnya cukup mengerikan, membangkitkan rasa takut mendasar kita kalau-kalau ada hantu diam-diam lewat di belakang. Mengerikan, andai tidak dibalut gebrakan musik annoying. Sisanya lebih ke arah menggelikan daripada menakutkan, apalagi pemakaian CGI buruk guna “mempercantik” wajah sang hantu.

Singkat cerita, setelah berbagai macam pertanyaan sekaligus kebodohan tersebut, saya masih menyimpan harap jika klimaksnya sedikit memberi hiburan. Namun kenyataannya justru terbalik. Adegan klimaks yang semestinya merupakan puncak kengerian sekaligus ketegangan berubah menjadi puncak kelucuan (unintentional) alias menggelikan. Selama ini saya sering membela, memperjuangkan suguhan klise. Tapi Ghost Diary membuat perjuangan itu semakin terasa berat.